Jumat, 10 Juni 2011

Pinjam-meminjam, jangan disepelekan !!!

Pinjam-meminjam, merupakan suatu hal yang lumrah dimana semua orang sebagai makhluk social sudah pasti melakukannya. Mulai dari barang yang kecil – besar, misalnya : peniti, jarum jahit, benang, uang, sepeda motor, mobil, pesawat terbang, kapal pesiar (2 yang terakhir sepertinya belum ada ya?? ^^)       
Apalagi anak kos2-an seperti saya, meminjam buku, kalkulator, kamus, pena, uang, laptop / komputer, sampai sepeda motor pun pernah. Itu sudah hal yang lumrah dalam kehidupan anak kos yang serba kekurangan ini.

Yang merasa anak kos ayo ngacung…!!!!

Tapi tahukah teman-teman disaat barang yang dipinjam itu rusak, lecet, patah, bahkan hilang??? Sudah pasti yang punya marah kan? Walupun itu teman yang sudah dekat dan bahkan saudara sendiri bisa hilang tali persaudaraan dan silaturahmi karena gara-gara barang yang dipinjam. Selain itu, penyebab lain biasanya barang yang dipinjam tersebut juga dibutuhkan oleh pemiliknya pada saat itu. Sudah pasti si pemilik kesal karena barang tersebut belum dikembalikan padahal lagi butuh banget.  

Memang, jikalau kita meminjam itu sudah menjadi hak milik kita sementara dan kita bebas menggunakannya. Tapi, jangan lupa pemilik aslinya.
Ini sebuah kasus yang saya alami sendiri di perkuliahan ini. Kuliah di kedokteran gigi sudah pasti membutuhkan banyak alat, mulai dari ukuran yang paling kecil – besar. Alat tersebut sudah pasti akan terus dipakai hingga akhir hayat menjadi dokter gigi.

Harganya satuannya lumayan menguras kantong saya sebagai mahasiswa yang terlahir dari keluarga sederhana. Begitu juga dengan bahan-bahan yang dibutuhkan.

Suatu hari, seorang teman meminjam pisau wax ( pisau untuk carving lilin bisa juga carving gips, banyak kegunaanaya deh). 2 hari kemudian saya menanyakan pisau wax tersebut, teman saya bilang kalau dia udah taruh di atas meja saya. Tapi saya tidak merasa ada yang menyerahkan pisau wax tersebut. Sekarang sampai saya menulis ini, pisau wax tersebut masih belum diganti. (how poor I am)

Next, ada lagi kasus yang saya baca dalam sebuah novel karya Ahmad Fuadi dengan judul “ranah 3 warna”. Dalam novel tersebut dicreitakan saat alif meminjam computer Randai untuk membuat tulisan yang akan dikirim ke media cetak. Tapi, tiba-tiba computernya rusak. Randai tidak punya back up tugas yang harus diserahkan keesokan hari. Gara-gara hal tersebut, alif dan randai jadi perang dingin, alias tidak saling ngomong walaupun 1 kamar.
  
Dari kedua kasus tersebut, hikmah yang saya dapatkan adalah:
-         Jagalah barang yang dipinjam seperti menjaga barang milik sendiri.
-         Jangan sepelekan meminjam
-         Bertanggungjawablah atas barang yang dipinjam
-         Sebaiknya mengembalikan barang yang dipinjam langsung kepada pemiliknya, kembalikan segera jika sudah tidak diperlukan lagi atau sesuai kesepakatan kedua belah pihak.
-         Kembalikan barang dengan keadaan utuh  

Nah, sudah tahukan mengapa meminjam tidak boleh disepelekan??

Mari instrospeksi diri kita masing2.. :D

Berhati-hatilah dalam meminjam dan meminjamkan barang, uang, dll.



::tulisan ini belumlah sempurna, jadi tolong kritik dan sarannya yaa::

3 komentar:

  1. Kalo pinjam meminjam hati boleh gak mbak?Hihihii...
    mau nambahin juga nih, kemaren pas ane baca artikel di suatu bacaan yang entah apalah namanya,tersebutlah dua orang (A&B) yang sama sekali belom kenal satu sama lain plus baru ketemu di suatu tempat, sebut saja perpus.nah, mereka kan ngobrol sok akrab gitu tuh, trus si A minjem buku na si B. Pas udah dipinjemin, si A bermaksud pamit, eh gak tau na pulpen na jatuh d bawah kolong meja.Pas dia ngambil, dia ngeliat kejadian mengerikan.Si B kaki na gak napak gan.
    (Pembaca: "ya iya lah,dia kan lagi duduk")
    bukan,bukan, dia lagi berdiri disamping si A.Sereeem...Si A langsung kabur mengabur bur bur bur.
    Serem gak?
    Tapi pas ane baca tanda bintang di akhir artikelnya, dia bilang gini:
    *tapi bo'ong

    BalasHapus
  2. hahahha.. menarik juga ceritanya joee..
    posting sambungannya di blog donk..

    BalasHapus
  3. sayangnya belum diterima ma ediotor...

    BalasHapus